6.23.2013

ironi aksi mahasiswa

saya masih ingat ketika ospek mahasiswa baru, sang senior mengatakan bahwa mahasiswa adalah kaum pemuda terdidik yang mempunyai fungsi sebagai agent of change, pembawa perubahan dalam masyarakat. iron stock, generasi penerus yang mewarisi semangat merah putih indonesia. social control, mengendalikan keadaan sosial bagi masyarakat. moral force, penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Dan terakhir mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. 

kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) turut memantik mahasiswa untuk mengambil sikap. berdasarkan membela rakyat mereka berdemonstrasi di jalan-jalan, ataupun di depan gedung pemerintahan. tuntutannya : "tolak kenaikan harga BBM!". tapi sayangnya, pengambilan sikap kenaikan harga BBM dengan cara-cara yang tidak elegan. Demo tolak-menolak dan dukung-mendukung sebenarnya tidak ada masalah. Tapi jika demo berujung tindakan anarkistis, perusakan fasilitas umum, apakah itu demo dari pemuda terdidik? Tentu jawabnya tidak.

Berkaitan dengan kenaikan harga BBM, boleh saja demonstrasi. Mahasiswa Indonesia terkenal dengan sikap kritisnya. Namun, jika kritis tapi tidak mengindahkan orang lain, mereka bukan mahasiswa yang terpelajar, mereka sama dengan preman pasar. Mahasiswa sering mengatakan bahwa tuntutannya adalah bentuk dari aspirasi rakyat, tapi nyatanya tidak sedikit demo yang dikeluhkan oleh masyarakat. Buktinya, di suatu daerah, ketika demo memblokade jalan terkait dengan masalah BBM, masyarakat malah menentang demo tersebut. Warga masyarakat justru merasa tidak nyaman dengan adanya demo-demo tersebut karena mengganggu lalu lintas lebih jauhnya lagi, demo yang didasarkan pada aspirasi rakyat justru menimbulkan keresahan baru bagi masyarakat itu sendiri. ironis.

hal yang paling ironi adalah ketika banyak keluhan tentang sikap demonstrasi mahasiswa yang mulai over dan jauh dari etika yang seharusnya. sehingga mahasiswa yang melakukan aksi dengan mengusung suara rakyat mendapatkan antipati dari masyarakat itu sendiri.

seharusnya, ketika memang diperlukan suatu pengambilan sikap, aksi demonstrasi diiringi aksi anarkis bukan satu-satunya jalan. pemikiran yang intelek serta gebrakan-gebrakan inovatif untuk membantu mengurai peliknya masalah yang ada mungkin menjadi salah satu jalan alternatif.

kebijakan-kebijakan pemerintah tidak selamanya sejalan dan sepemikiran dengan rakyat, akan muncul dimana keadaan memaksa untuk pengambilan sikap. tetapi, jika penyampaiannya seperti sekarang ini, bukan suatu hal yang tidak mungkin jika suatu saat mahasiswa di cap hanya sebagai tukang rengek pembuat onar. ironis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar